Teknik Woodcut/ Cukil Kayu
Sejarah singkat perkembangan teknik woodcut atau cukil kayu atau relief, yang sering disebut juga sebagai xilografi (xylography), sebagai teknis grafis paling awal, yang makin lama makin ditinggalkan, meskipun sebenarnya masih cukup bermanfaat bagi beberapa kebudayaan, mengingat kelebihan-kelebihan yang bermanfaat bagi perjuangan-perjuangan pada kondisi tertentu. Teknik cukil kayu ini di China telah digunakan untuk mencetak gambar dan tulisan sejak abad ke-5. Sedangkan di Eropa teknik ini dikembangkan sekitar tahun 1400-an, hingga teknik serupa dimassalkan oleh Gutenberg. Di Jepang cukil kayu yang dikenal sebagai Ukiyo-e, pernah mengalami masa keemasan di masa periode Edo (1600-1868 Masehi). Cetakan-cetakan tersebut berupa fiksi yang banyak bersubyekkan dunia Geisha serta prostitusi yang marak di jaman feodal Jepang saat itu. Cetakan-cetakan tersebut sangat digandrungi masyarakat klas menengah dan atas saat itu. Cetakan-cetakan yang halus dirilis dalam ilustrasi buku, kemudian menjadi ikon seni rupa Jepang saat itu, bahkan Ukiyo-e merupakan cikal bakal bagi perkembangan komik Jepang yang membanjiri toko-toko buku dunia saat ini. Namun dengan adanya Restorasi Meiji, sebagai respon dari tekanan Komodor Perry bersama Delegasi Amerika dalam Perjanjian Tanagawa pada tahun 1854 untuk membuka pasar serta peradabannya. Setelahnya, para interprenur barat telah memboyong tradisi seni Jepang ke dunia barat terutama ke Paris. Setelah kedatangan mereka, produk-produk seni budaya termasuk tradisi cukil kayu membanjiri dunia barat terutama Paris yang menjadi pusat kesenian saat itu. para pelukis beraliran Impresionist maupun post-Impresionis beramai-ramai menggunakan semangat, teknik ataupun efek teknik Ukiyo-e dalam berkarya. Sedangkan di Jepang sendiri perkenalan teknik cetak yang lebih efisien untuk industri pencetakan modern yang diimport dari dunia barat telah meredupkan tradisi Ukiyo-e.
Di Eropa banyak pula pekarya atau kriyawan yang menggunakan media ini untuk berkarya serta mengekspresikan pandangan sosial politiknya. seperti Kathe Kolwitz yang dengan lihainya menggambarkan pergolakan politik di masa dan di tempatnya berpijak. Sedangkan di Indonesia sebelum dan setelah jatuhnya Rezim Orde Baru di bawah komando Jendral bintang lima Soeharto (REPELITA) cukil kayu mulai menjamur sebagai alat untuk memotret realita dan merespon permasalahan sosial hingga mengagitasi (merombak) kesadaran massa untuk berontak dan melawan kezaliman yang digelorakan oleh JAKER (Jaringan Kerja kesenian Rakyat) termasuk kelompok-kelompok yang ada diorbit mereka seperti Komunitas Anak-Anak Sanggar Suka Banjir, Solo, yang telah mengenal alat ini seperti yang terlihat disebuah terbitan ’alternatif Ajang’ sebelum keruntuhan rezim di atas. Perlu disebut, penggunaan media cukil kayu pernah mencapai masa keemasannya oleh Senirupa-ITB, STSRI’ASRI’, dan SSRI-SMSR. Juga ketika media ini diusung oleh Lembaga Budaya Kerakyatan Taring Padi yang berbasiskan mahasiswa-mahasiswa ISI (Institut Seni Indonesia). Karya-karya tinggi estetika yang bertemakan ajakan melawan sisa-sisa orde baru, tema lingkungan hidup dan sosial serta tema kerakyatan lainnya.
Dewasa ini media propaganda dari cukil kayu semakin ditinggalkan. Tradisi ini hanya tersisa dibeberapa komunitas marjinal seperti Sanggar Caping, Nurani Senja, Indie Art, JAKER, serta beberapa komunitas lainnya. Hal ini disebabkan oleh dua hal yang mendasar. Pertama, sebagai media berekspresi telah berkembang media-media baru seperti berkembangnya teknis pencetakan. Pencetakan selebaran, poster maupun media propaganda lainnya semakin massal, mudah dan murah. Kedua, berkembang pesatnya komputer grafis mengakibatkan migrasinya sebagian besar pekarya atau kriyawan untuk menggunakan photoshop, Corel Draw dan 3G lainnya, sebagai ungkapan bahasa visual.
Namun ketika hak paten didengungkan, termasuk software komputer grafis sepenuhnya berpaten sebagai konsekuensi dari globalisasi, sehingga berimbas kepada harga yang mahal kalau tidak berhadapan dengan mekanisme hukum sebagai pembajak, beberapa pihak penganut faham seni murni mencoba kembali menggunakan kembali seni cukil kayu yang terlihat orisinal. Termasuk yang dilakukan oleh Galeri Publik, Decenta (1973), Institute for Global Justice yang bekerja sama dengan JAKER dan Indie art. Mereka mengadakan diskusi tentang media ini dan kemudian merancang serta melaksanakan workshop-workshop cukil kayu di beberapa komunitas kaum miskin kota dan komunitas buruh dipinggiran Jakarta yang kemudian dipamerkan. Ternyata sambutan masyarakat begitu antusias, ketika hasil karya manual dapat diperbanyak secara instan. Tema-temanya pun beragam, tetapi ternyata banyak dari karya-karya peserta workshop yang kebanyakan pemuda, pekerja seni maupun buruh ini banyak bicara tentang sistem ekonomi-politik yang ada dikaitkan dengan realitas sosial yang ada. Dari gambaran kekumuhan di bawah jembatan layang, hingga badan-badan ekonomi dunia yang samar samar mereka pahami sebagai penyebab krisis ekonomi yang ada. Jelas sudah rakyat awam membutuhkan media-media alternatif untuk ‘berbicara’ ketika media massa besar dirasakan kurang menggambarkan permasalahan sesungguhnya di tingkatan keseharian. Nampaknya gairah itu menyeruak kembali.
Pengertian dan prosedur teknik woodcut atau relief atau cukil kayu
teknik woodcut adalah teknik cetak tinggi yang menggunakan bahan dasar sebuah papan kayu yang diratakan permukaanya. Jenis kayu dan bentuk kayu yang digunakan tergantung selera penciptanya sendiri. Adapun urutan kerja atau proses kerja pembuatan karya grafis dengan teknik ini adalah sbb:
Pertama, merencanakan desain atau gambar kerja yang merupakan tuangan ide yang unik lagi artistik pada suatu bidang gambar. Rencana atau desain ini harus dibuat terlebih dahulu, sebab tanpa melalui fase ini dapat saja proses pembuatannya nanti akan terhambat atau bahkan akan gagal.
Kedua, memilah gambar mana yang akan dijadikan sebagai penghantar tinta dan mana yang bukan. Ketiga, memindahkan rencana atau desain tersebut ke permukaan atau bidang papan kayu yang akan dicukil atau ditoreh. Keempat, menoreh atau mencukil bagian yang tidak digunakan untuk menghantarkan tinta (bagian negatif) dengan menggunakan pisau atau alat cukil (wood cut). Teknik mencukil ini hendaknya memperhatikan arah serat kayu, disamping itu kondisi alat cukilnya juga harus tajam. Kelima, setelah pekerjaan menoreh atau mencukil diangap selesai, maka acuan cetak telah terwujud, dengan demikian acuan siap untuk dilumuri warna atau tinta cetak terlebih dahulu.
Pada prinsipnya setiap acuan atau bagian yang positif akan dipergunakan dalam proses pencetakan hanya untuk satu warna saja, oleh karena itu bila menghendaki atau ingin membuat karya yang multi-warna atau poli warna, maka acuan yang dipergunakan untuk menghantarkan warna harus sesuai dengan jumlah warna yang dikehendaki. Tentunya tanpa menyiapkan atau merencanakan desain yang lengkap atau rinci akan mengalami kesulitan dalam mencari ketepatan atau kesempurnaan hasil cetakannya. Dengan demikian untuk memudahkan dan mencari ketepatan atau kesempurnaan hasil karya, pertama-tama harus dibuat desain induk yang telah lengkap dengan warna yang dikehendaki, yang kemudian dibuat separasi gambar kerja. Sehingga untuk setiap warna ditera terpisah pada bidang bahan acuan yang berlainan.
Seniman perintis ’seni grafis Indonesia’ adalah Mochtar Apin, Baharoedin Marasutan, A.D. Pirous (1933), Kaboel Suadi, T. Sutanto (1941), Haryadi Suadi (1939), Setiawan Sabana, S. Prinka dan lainnya. Dimana pertumbuhan seni grafis sesungguhnya lebih diprakarsai oleh perupa, pelukis, pematung dan kriyawan, dengan mencari alternatif baru menuangkan ekspresi seni cetak-mencetak atau seni reproduksi. Mochtar Apin dari Bandung dan Baroedin Marasutan dari Jakarta yang berlatarbelakang pelukis, membuat sekumpulan seni cukilan kayu ke beberapa negara sahabat yang mengakui kedaulatan RI. Pada tahun 1946. Kedua tokoh ini sebagai perintis, serta karyanya dianggap sebagai momentum bersejarah dan berdirinya program seni grafis di perguruan tinggi dan di sekolah menengah. Pameran seni grafis pertama yaitu ketika 5 seniman Bandung seperti Mochtar Apin, AD.Pirous, Kaboel Suadi, T.Sutanto dan Haryadi Suadi tahun 1972-an memamerkan karya mereka di Balai Budaya Jakarta, dengan keunikan bahan dari potongan hardboard bekas pameran di gedung Pola Jakarta yng digubah menjadi karya seni grafis cukilan kayu. Disusul oleh munculnya studio RedPoint di Bandung, sebagau usaha pencarian tingkat lanjut dalam estetika dan teknik cetak. Pameran setengah abad seni grafis Indonesia tahun 2000 dan pameran seni grafis eksplorasi mediun, eksplorasi gagasan tahun 2001 mendapat respon dari pegrafis seluruh Indonesia, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Bali. Tahun 2003 diadakan Trinal Seni Grafis melibatkan lebih banyak pegrafis seluruh Indonesia terutama tambahan dari Palembang, Padang, Jambi, Medan, Makassar dan lainnya.
Dalam Warta Bentara Budaya, 11 April 2012, Trinale Seni Grafis yang ke-4 'Seni Grafis Indonesia' diselenggarakan.
Penyelenggaraan Trienale Seni Grafis kali ini memasuki babak yang ke-4. Dari tradisi kegiatan semacam ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk mencatat pertumbuhan kualitas dan kuantitas pegrafis secara individu maupun komunitas. Tujuannya tak berubah sejak pertama kali diselenggarakan pada 2003, yaitu selain berperan sebagai jawaban atas kelangkaan pameran seni grafis yang melanda dunia seni rupa Indonesia mutakhir, juga sebagai upaya untuk melakukan pengukuhan terhadap eksistensi seni grafis Indonesia.
Pertumbuhan seni grafis Indonesia masih sangat muda, bila dibandingkan dengan tradisi mencetak di China, Jepang dan Eropa yang sudah tumbuh beberapa abad silam. Perkembangannya pun menuai kendala, dimana kedudukannya sederajat dengan seni lukis yang lebih populer, sehingga apresiasi sangat kurang disamping itu pameran seni grafis juga langka.
Karya grafis seniman anak bangsa yang lebih muda dan memakai teknik woodcut adalah Tisna Sanjaya, dari ITB. Agus M.U. dari ISI Denpasar, Dedok, dll.
Karya Seni Grafis Agus Mulyadi Utomo
AC. Andre Tanama, lahir di Yogyakarta, 28 Maret 1982 lulusan IKIP Seni Rupa jogja dan ITB Seni Rupa (1979-1986), sekarang Dosen seni rupa ISI Jogja. Karyanya yang fenomenal adalah “Hegemoni Teknologi”. Karya ini pertama kali dipamerkan dalam Trienal Seni Grafis Indonesia II yang diselenggarakan di Bentara Budaya,Yogjakarta, 14-23 September 2006, mendapat pengakuan dari panitia penyelenggara, A.C. Andre Tanama dinobatkan sebagai jawara. Secara teknik sebenarnya karya ini menggunakan cukil kayu, namun dalam finishingnya. AC. Andre Tanama menggunakan teknik cetak digital dan hal inilah yang sempat menjadi perbincangan di kancah seniman Grafis terkait penggunaan media komputer dalam seni grafis.
Peralatan cetak tinggi dapat terwujud melalui beberapa cara yaitu teknik Woodblock, Hardboard, Linocut, dan Collage. Karena perbedaan teknik itulah, maka alat yang dipergunakan berbeda pula, alat tersebut antara lain sebagai berikut: Pisau Cukil, alat ini dipergunakan untuk mencukil bagian dari kayu yang tidak dipergunakan untuk menghantarkan tinta. Bentuk ujung pisau cukil bervariasi, yaitu berbentuk lengkung kecil, dan lengkung sedang, berbentuk “v” kecil dan “v” besar, beerbentuk datar, dan berbentuk serong. Kaca, alat ini digunakan untuk mengaduk atau tempat mengolah tinta.
Alat Kapi atau Palet, alat ini digunakan untuk mengaduk atau mencampur tinta di permukaan kaca. Rol, alat ini terbuat dari karet dengan pegangan kayu ada pula yang besi. Rol karet ini berfungsi untuk menghantarkan tinta dari kaca setelah mengalami fase pengolahan diterapkan ke kayu yang telah ditoreh dengan pisau cukil. Hand-Press, hand-press atau alat tekan adalah alat yang digunakan untuk mencetak acuan kebidang kertas.
Bahan cetak tinggi, bahan yang digunakan secara umum adalah Tinta, Afduner atau Tiner, dan Kertas manila atau sejenisnya baik berwarna maupun tidak. Sedang bahan secara khusus tergantung teknik yang digunakan, teknik Woodblock menggunakan bahan kayu, teknik Harboard menggunakan bahan Hardboard, teknik Linocut menggunakan bahan linolium, teknik Collage menggunakan bahan karton atau bahan lain yang memiliki sifat-sifat seperti karton.
atau
Cara Download :
1. Klik Link/ Tulisan yang bergaris bawah
1. Klik Link/ Tulisan yang bergaris bawah
2. Anda akan menemukan halaman baru adf.ly
3. Klik pojok kanan atas SKIP AD.
4. Kini anda bisa Download Gratis
3. Klik pojok kanan atas SKIP AD.
4. Kini anda bisa Download Gratis
0 komentar:
Posting Komentar