A. LATAR BELAKANG
Konferensi Tingkat Tinggi XIII telah diselenggarakan pada tanggal 20 – 25 Februari 2003 di Putra Jaya, Malaysia. Seharusnya KTT tersebut diselenggarakan di Bangladesh tetapi sebulan sebelum pelaksanaan, Bangladesh membatalkan pertemuan secara sepihak dengan alasan terjadi krisis politik di Negara tersebut.
KTT XIII sebenarnya berlangsung pada bulan Juli 2002 di Jordania, akan tetapi KTT batal dilaksanakan pada tahun itu karena kondisi politik dan keamanan di Timur Tengah yang tidak kondusif. Akibat dari pembatalan kedua Negara tersebut, para delegasi yang bersidang di Durban akhirnya memutuskan untuk menyerahkan pelaksanaan KTT kepada Malaysia.
Malaysia menyanggupi pelaksanaan KTT tersebut dan secara serius mempersiapkan pelaksanaannya. Bahkan Malaysia berambisi menjadikan KTT di Kuala Lumpur menjadi yang terbaik dibanding dengan pelaksanaan yang sebelumnya.
B. PELAKSANAAN KTT XIII
KTT Gerakan Non Blok ke-13 di Kuala Lumpur kali ini terselenggara ditengah isu besar yang menjadi perhatian dunia internasional. Rencana serangan AS terhadap Irak telah menimbulkan polemik dan kontroversi yang sangat hebat di berbagai Negara. Pernyataan AS yang mengatakan bahwa Irak menyimpan senjata pemusnah massal mendapat tentangan keras termasuk dari warga negaranya sendiri.
Protes dan demonstrasi besar-besaran marak diberbagai tempat sebagai bentuk penolakan serangan AS tersebut. Penolakan bertambah kuat karena beberapa Negara sekutu AS di Eropa seperti Jerman dan Perancis dengan tegas menolak rencana serangan AS tersebut.
Dewan Keamanan PBB sejauh ini juga tidak meloloskan rekomendasi yang mengizinkan AS menggunakan kekuatan militer di Irak.
Menyikapi hal tersebut, Negara-negara yang bersidang dalam KTT GNB di Kuala Lumpur, sepakat menjadikan krisis AS-Irak sebagai salah satu tema utama pembicaraan. Mereka menghendaki GNB mengeluarkan suatu resolusi yang secara tegas menyatakan penolakan (condemn) terhadap rencana serangan AS tersebut. Pernyataan ini sangat penting untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa keberadaan GNB masih penting dan perannya tidak dapat dikesampingkan. PBB juga diharapkan dapat memperhatikan pernyataan Negara-negara GNB tersebut mengingat mayoritas anggota PBB yang berjumlah 196 negara merupakan anggota GNB.
Kekompakan Negara anggota GNB dapat dijadikan momentum baru untuk mempersatukan seluruh anggota. Indikasi ini terlihat dari antusiasme para Kepala Negara/Pemerintahan yang menghadiri KTT di Kuala Lumpur ini. Total ada 52 Kepala Negara/Pemerintahan yang mengikuti Konferensi termasuk Presiden RI Megawati Soekrnoputri. Ini merupakan “rekor baru” karena selama pelaksanaan KTT sebelumnya jumlah yang hadir lebih sedikit dari yang sekarang.
Melihat begitu banyaknya Kepala Negara/Pemerintahan yang hadir dalam KTT ini perhatian dunia internasional tertuju ke Kuala Lumpur guna mencermati perkembangan dan menelaah resolusi yang dihasilkan dalam KTT ini.
Disamping menghasilkan resolusi mengenai krisis AS-Irak, konferensi juga menghasilkan pernyataan bersama untuk menyikapi keadaan yang terjadi di Korea Utara.
Dalam bidang ekonomi, agenda yang tidak boleh dilupakan adalah melakukan perbaikan dan pemberdayaan ekonomi. Data yang ada menunjukkan sebagian besar Negara anggota GNB kinerja ekonominya belum memuaskan. Memang ada beberapa Negara yang berhasil mencatat prestasi ekonomi yang mengesankan seperti yang terjadi di Negara Asia timur, beberapa Negara Afrika serta Negara-negara Asia Tenggara termasuk tuan rumah Malaysia. Namun secara keseluruhan GNB harus bekerja keras agar mereka dapat mensejajarkan diri dengan Negara maju.
Masalah lain yang muncul adalah besarnya ketimpangan ekonomi antar beberapa Negara anggota. Sebagai gambaran misalnya, perbandingan antara dua Negara anggota yaitu Ghana dan Korea Selatan. Pada tahun 1960-an data-data ekonomi kedua Negara relative sama, namun kondisi ekonomi antar keduanya sekarang sangat berbeda, bagaikan bumi dan langit. Fenomena ini bisa muncul karena Korea Selatan mampu mejawab tantangan zaman dengan tepat. Mereka bekerja keras, bertarung dengan Negara lain dengan menghasilkan produk yang murah dan kompetitif sehingga bisa bersaing di pasar internasional. Sesuatu yang belum dilakukan oleh Ghana dan sebagian besar Negara anggota lainnya.
Kekuatiran para anggota gerakan non blok menyangkut meningkatnya kesenjangan globalisasi adalah hanya merugikan Negara-negara sedang berkembang.
Secara keseluruhan, para pengamat politik menganalisa hasil sidang ke-13 KTT Non Blok adalah gerakan positif dalam kegiatan organisasi ini. Pendirian para Negara anggota untuk menentang kebijakan AS menunjukkan realitas bahwa mayoritas Negara-negara dunia menentang kebijakan militerisme AS yang membenarkan langkah-langkah yang tidak logis dan tidak dapat diterima.
atau
0 komentar:
Posting Komentar