• Rabu, 20 Maret 2013

    Klasifikasi Koleksi Museum Kesultanan Ternate12

    Klasifikasi Koleksi Museum Kesultanan Ternate12

    Kelompok Artefak    Nomor    Jenis Artefak
    Ideofak    1    Al Quran
        2    Tempat berdoa
        1    Bendera atau panji-panji
        2    Singgasana/mahkota dll.
        3    Tongkat kebesaran
        1    Pedang/tombak/senapan
        2    Topi militer
        3    Baju besi
        4    Tameng/perisai

     
    Ciri pokok yang menandai kerajaan dan elite Ternate adalah Emas. Koleksi Ternate baik yang di museum atau di simpan keluarga, berupa mahkota, giwang, anting-anting, baju, gelang dan masih banyak lagi. Selain itu juga dipamerkan koleksi yang berkaitan dengan administrasi kerajaan, seperti stempel kesultanan, alat tulis kuna, maklumat, surat-surat perjanjian dan sejumlah naskah, termasuk sebuah plakat yang ditempelkan pada pintu masuk


    12 Dalam Kumpulan Makalah Diskusi Ternate sebagai Bandar di Jalur Sutera,  oleh Ambary dkk yang berjudul Persebaran dan Signifikasi Tinggalan Arkeologi di Ternate, Maluku Utara. Halaman 8, tahun 1997. Dikutip dari buku Ambary, Hasan Muarif, Sugeng Riyanto & Max. A. Manuputy. 1996. “Survei Arkeologi Islam di Ternate dan Tidore Provinsi,” MS, Ambon: Proyek Penelitian Purbakala Maluku.

    istana.13
    Setidaknya terdapat 11 maklumat yang dibuat oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang dikirim kepada Sultan Ternate, antara lain pemberitahuan mengenai pergantian Gubernur Jenderal, meninggalnya raja Willem III dan dilantiknya Ratu Wihelmina dan sebagainya. Yang penting dari maklumat itu adalah penyebutan secara lengkap nama dan gelar sultan Ternate yang dikirimi maklumat dimana nama dan gelar itu sering ditemukan pula terpahat pada nisan-nisan. Dari visi politik, penyebutan nama dan gelar dapat berkonotasi pengakuan otoritas.
    Di museum ini juga menyimpan sejumlah naskah perjanjian atau kontrak-kotrak yang ditandatangani oleh Sultan Ternate dengan kongsi-kongsi dagang maupun perorangan. Dari kontrak-kontrak tersebut sultan menerima sejumlah kongsi atau uang sebagai salah satu sumber pemasukan Kesultanan. Salah satu perjanjian itu adalah kontrak yang ditandatangani Sultan Muhammad Uthman 27 Septembar 1902, yang mengijinkan sebuah maskapai dagang di Amsterdam untuk Maluku, dalam rangka eksplorasi mutiara dan perikanan di Teluk Banggai. Dokumentasi tersebut sekaligus membuktikan tentang otoritas Kesultanan Ternate dalam mengendalikan laut atau perairan Sulawesi.
    Pada pintu depan istana, terdapat plakat beraksara Arab dan terjemahan dalam Bahasa Melayu, yang intinya mengenai pembangunan kompleks istana pada tanggal 30 1228 Hijriah atau sekitar 1871 M. Enam jilid Al Quran yang ditulis setempat, telah dihimpun oleh Tim Puslit Arkenas (Februari 1979) di Ternate, 2 diantaranya mencantumkan nama penyusunnya, salah satunya disusun oleh Fakih Shaleh Affirudin Abdulbaqi bin Abdullah al Adenani yang diselesaikan penyusunannya 7 Dzulkhaidah 1050 H/1640 M. sedangkan lainnya disusun oleh ulama setempat.14
    Dari naskah pertama yang disebutkan itu, A. Cholid Sodrie memperoleh data:
    a.    Selesai disusun 1050 H/1640 M.
    b.    Penyusun diduga berasal/orang Aden.
    c.    Diwakafkan pada Imam Bagot Ternate pada 1185 H/1772 M





    Artikel Terkait:

    0 komentar:

    Posting Komentar

    >