• Senin, 06 Januari 2014

    SEBAGIAN PUISI –PUISI DARI CHAIRIL ANWAR

    http://adf.ly/FdHa9


    1.    PRAJURIT JAGA MALAM

    Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
    Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
    bermata tajam
    Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
    kepastian
    ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
    Aku suka pada mereka yang berani hidup
    Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
    Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......
    Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !

    2.    KRAWANG-BEKASI

    Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
    tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
    Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
    terbayang kami maju dan mendegap hati ?

    Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
    Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
    Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
    Kenang, kenanglah kami.

    Kami sudah coba apa yang kami bisa
    Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

    Kami cuma tulang-tulang berserakan
    Tapi adalah kepunyaanmu
    Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

    Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
    atau tidak untuk apa-apa,
    Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
    Kaulah sekarang yang berkata

    Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
    Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

    Kenang, kenanglah kami
    Teruskan, teruskan jiwa kami
    Menjaga Bung Karno
    menjaga Bung Hatta
    menjaga Bung Sjahrir

    Kami sekarang mayat
    Berikan kami arti
    Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

    Kenang, kenanglah kami
    yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
    Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

    3.    AKU

    Kalau sampai waktuku
    'Ku mau tak seorang kan merayu
    Tidak juga kau

    Tak perlu sedu sedan itu

    Aku ini binatang jalang
    Dari kumpulannya terbuang

    Biar peluru menembus kulitku
    Aku tetap meradang menerjang

    Luka dan bisa kubawa berlari
    Berlari
    Hingga hilang pedih peri

    Dan aku akan lebih tidak perduli

    Aku mau hidup seribu tahun lagi



    4.    PENERIMAAN

    Kalau kau mau kuterima kau kembali
    Dengan sepenuh hati

    Aku masih tetap sendiri

    Kutahu kau bukan yang dulu lagi
    Bak kembang sari sudah terbagi

    Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

    Kalau kau mau kuterima kembali
    Untukku sendiri tapi

    Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

    5.    DOA

    kepada pemeluk teguh

    Tuhanku
    Dalam termangu
    Aku masih menyebut namamu

    Biar susah sungguh
    mengingat Kau penuh seluruh

    cayaMu panas suci
    tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

    Tuhanku

    aku hilang bentuk
    remuk

    Tuhanku

    aku mengembara di negeri asing

    Tuhanku
    di pintuMu aku mengetuk
    aku tidak bisa berpaling

    6.    SENJA DI PELABUHAN KECIL

    Ini kali tidak ada yang mencari cinta
    di antara gudang, rumah tua, pada cerita
    tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
    menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

    Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
    menyinggung muram, desir hari lari berenang
    menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
    dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

    Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
    menyisir semenanjung, masih pengap harap
    sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
    dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.





    Artikel Terkait:

    0 komentar:

    Posting Komentar

    >